Banyak dari orang-orang yang antre demi iPhone ingin jadi yang pertama memiliki handset tersebut. Tapi beberapa juga mengaku rela antre supaya bisa mendapatkan iPhone sembari berharap barang tersebut ludes terjual. Dengan begitu, mereka bisa mengeruk untung dengan melelang iPhone secara online di Internet.
Apapun alasannya, minat orang terhadap iPhone memang terbukti luar biasa. Bahkan, ada yang sukses menjual posisi antrenya kepada mereka yang terlambat datang sebesar 500USD!
Untuk mengantisipasi tingginya animo konsumen, pihak AT&T (dulu Cingular Wireless, sebelum berganti nama setelah mengakuisisi BellSouth) membatasi penjualan iPhone hanya satu produk saja per orang. Sedang Apple sedikit berbaik hati dengan menjual maksimal dua unit per orang di toko retailnya.
Harganya yang terbilang jauh lebih mahal dibandingkan kebanyakan ponsel yang ada di pasar AS—belum lagi pembelinya harus menandatangani kontrak selama dua tahun dengan AT&T—ternyata tidak mengurangi minat orang terhadap iPhone.
Meski banyak yang meyakini kehadiran iPhone dengan berbagai inovasinya bakal menggairahkan pasar ponsel dan memaksa vendor lain untuk makin kreatif, tidak sedikit pula yang meragukan kiprah Apple di industri ini. Gartner, perusahaan analis yang populer, bahkan menyebut iPhone sebagai iPod yang sekadar ditambahi kapasitas seluler. Gartner juga menyarankan para eksekutif TI untuk tidak menyediakan produk ini sebagai fasilitas bagi para pegawainya karena ia bukan perangkat e-mail korporat yang tepat. Pun Gartner meramalkan AT&T bakal mengalami kerugian karena telah menginvestasikan banyak dana untuk menjual iPhone.
Bukti Keseriusan Apple
Belum dirilis pun, iPhone sudah menjadi fenomena. Maklum, Apple yang tahun ini sukses menjual 100 juta iPod memang jagoan dalam membesut produk-produk yang fenomenal. Dan karena inilah kali pertama mereka membuat handset, rasa penasaran orang makin memuncak. Padahal sebenarnya, Apple sudah pernah menjajal industri ponsel. Pada Juli 2005, Apple sempat mengintegrasikan pemutar musik iTunes-nya di handset Motorola. Salah satunya yang sempat mampir ke sini adalah ROKR E1 yang cara kerja penutar musiknya mirip iPod Shuffle.
Tapi iPhone merupakan bukti keseriusan Apple untuk melebarkan sayapnya ke kancah handset. Bahkan, rilis Mac OS X Leopard jadi tertunda gara-gara Apple ingin berkonsentrasi dulu dalam pengembangan iPhone.
Nama “iPhone” sendiri sempat mengundang kontroversi. Selang beberapa hari setelah keberadaannya diumumkan oleh Steve Jobs, 19 Januari lalu, Cisco langsung menuntut Apple atas pelanggaran hak merek dagang. Maklum, Cisco sudah menggunakan merek “iPhone” sejak tahun 2000. Bahkan hak paten nama tersebut sudah dipegang oleh Infogear sejak tahun 1996, sebelum akhirnya ia diakuisisi Cisco.
Untungnya, berdasarkan hukum federal AS, dua perusahaan tersebut boleh berbagi merek yang sama asalkan penggunaan produknya tak sama. Kekisruhan akibat perebutan hak merek dagang ini pun akhirnya berakhir.
Killer Application: Telefoni
Apa sih hebatnya iPhone? Tak hanya tampil dengan desain yang menawan plus layar sentuh yang lebar, iPhone juga mengabungkan fungsi iPod, kamera digital, smartphone, dan komputer portabel dalam satu bodi.
Tidak seperti ponsel biasa, layar sentuhnya hanya bisa dikontrol dengan jari. Apple emoh menambahkan stylus untuk produknya ini. Dan soal tombol, hanya ada satu tombol yang disediakan. Namanya tombol Multi-Touch atau “home”.
Dengan basis sistem operasi Mac OS X, si cantik ini terintegrasi penuh dengan iTunes dan bisa sinkron dengan mudah ke Mac, PC, atau layanan internet manapun. Beberapa fitur dan akses kilat yang disediakan adalah volume control, ring-silent switch, colokan audio 3,5mm, slot SIM, sleep-wake switch, speaker, mikrofon, dan konektor dock 30-pin iPod. Fasilitas 3G dikabarkan akan menyusul di produk selanjutnya.
Tapi yang paling menarik dari ponsel ini adalah keberadaan 3 sensor inovatifnya. Ada sensor proximity yang akan mematikan display serta touchscreen ketika pengguna menempelkan ponsel ke telinga, sensor ambient light yang otomatis menyesuaikan tingkat kecerahan layar untuk menghemat daya, serta accelerometer yang memungkinkan layar menyesuaikan diri ketika pengguna memegangnya secara horisontal (landscape) atau vertikal (portrait).
Anda mungkin berpikir, itu tadi adalah daftar killer application milik iPhone. Tapi pendapat Steve Jobs beda lagi. Menurutnya, killer application dari iPhone sebenarnya sederhana saja: menelepon. Rupanya, handset ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memudahkan penggunanya berkomunikasi. Contohnya fitur visual voice mail, conference call, SMS yang idem dengan iChat, dan keyboard sentuh untuk memasukkan teks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar