Pada perhelatan Intel Developer Forum yang digelar di Beijing, bulan Mei lalu, Intel mengungkapkan niatnya untuk menambah fitur WiMAX di notebook mulai tahun 2008 nanti, bersamaan dengan rilis prosesor Montevina berikut chip Penryn yang mendukung aplikasi video high-definition.
Jadi, selain dilengkapi dengan fasilitas Wi-Fi yang sudah lazim dipasang, notebook baru berbasis Montevina juga akan diberi opsi fitur WiMAX. Tak hanya itu, untuk Intel juga siap menggandeng Clearwire (www.clearwire.com) sebagai penyedia layanan internet broadband nirkabelnya.
Intel memprediksi, tahun depan teknologi broadband akan mampu menjangkau lebih dari 100 juta konsumen di Amerika Serikat. Angka tersebut terbilang fenomenal, apalagi jika ditambah dengan hasil studi Visant Strategies yang menyimpulkan bahwa nilai jaringan WiMAX bisa mencapai 1 milyar USD pada tahun 2008 nanti.
Solusi Broadband Ideal
WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) atau IEEE 802.16 memang menjanjikan solusi layanan broadband berkecepatan tinggi yang sangat ideal. Selama ini, banyak orang mengakses internet menggunakan akses dial-up, koneksi DSL (digital subscriber line) atau kabel modem, atau melalui jaringan Wi-Fi (memakai router Wi-Fi yang dipasang di rumah atau hotspot di berbagai lokasi strategis). Tapi semua layanan tersebut kurang memuaskan karena biayanya yang tergolong mahal dan ketidakmampuannya menjangkau area yang luas.
Nah, teknologi ciamik yang dibuat oleh WiMAX Forum pada tahun 2001 ini dianggap ideal karena jaringannya nirkabel, sehingga biaya infrastrukturnya lebih murah ketimbang DSL atau kabel modem. Selain itu, jangkauan yang sangat luas bisa dengan mudah merangkul area pinggiran kota atau pedesaan. Jadi, WiMAX jauh lebih efisien daripada WiFi yang hotspot-nya sangat kecil dan jangkauannya serba terbatas.
Berkat keunggulannya, WiMAX yang memanfaatkan pita frekuensi 2—11GHz (lisensi) dan 10—66GHz (nonlisensi) menjadi solusi ideal khususnya bagi negara-negara berkembang yang enggan membuat solusi berkabel yang mahal. Ia terbukti sangat berjasa sebagai jaringan komunikasi di Aceh yang dilanda musibah tsunami pada bulan Desember 2004 lalu. Waktu itu, ketika semua infrastruktur komunikasi yang ada luluh-lantak, akses broadband WiMAX lah yang digunakan untuk membantu membawa informasi dari dan ke Aceh.
Throughput Hingga 70Mbps
Kok bisa WiMAX demikian canggih? Jaringan ini memiliki dua bagian sistem, yakni base station atau menara yang konsepnya yang idem dengan BTS (base tranceiver station) ponsel, dan receiver.
Base station WiMAX mampu menjangkau wilayah yang sangat luas, lebih dari 48 km. Bandingkan dengan Wi-Fi yang kekuatan sinyalnya hanya sekitar 30 meter. Sedangkan receiver WiMAX atau antena penerimanya didesain berupa kotak kecil atau kartu PCMCIA yang dibuat built-in di dalam notebook.
Dalam prakteknya, ada dua jenis aplikasi WiMAX yakni fixed dan mobile. Fixed WiMAX adalah akses point-to-multipoint yang memungkinkan layanan broadband tersedia untuk konsumen perumahan dan bisnis. Sedangkan mobile WiMAX menawarkan mobilitas layaknya jaringan selular—kita bisa mengakses jaringan sembari berjalan atau berkendara—tapi dengan kecepatan pita lebar yang supercanggih.
Secara teori, jaringan ini bisa menghantar data dengan kecepatan hingga 70Mbps, dengan jangkauan lebih dari 48 km tadi—sangat jauh di atas koneksi tercepat Wi-Fi yang sekitar 54Mbps. Bahkan, jika 70Mbps tersebut dibagi ke beberapa lusin bisnis atau pengguna rumahan, WiMAX masih mampu menyediakan minimal throughput data yang sama dengan laju rata-rata transfer data via kabel modem.
Tapi harap diingat, sesuai dengan sifat alami semua komunikasi nirkabel, desain antena akan sangat mempengaruhi kinerja jaringan. Misalnya saja, antena yang diinstal secara eksternal (non-line-of-sight) akan menghasilkan daya jangkau yang lebih luas serta throughput data yang lebih baik dibandingkan antena internal (line-of-sight) seperti yang dipasang pada desktop atau notebook. Jadi jangan kecewa jika meski Anda cuma berada 2 km jauhnya dari base station WiMAX terdekat di wilayah perkotaan, laju data yang Anda peroleh hanya sekitar 10Mbps. Selain itu, gedung-gedung tinggi dan faktor cuaca juga bisa mempengaruhi jangkauan maksimum WiMAX.
Ada satu hal yang patut disayangkan. Berbagai keunggulan WiMAX justru menjadi alasan utama mengapa banyak pihak menolak memanfaatkan jaringan ini. Selain dianggap mengancam eksistensi penyedia layanan seperti DSL dan kabel modem, protokol WiMAX yang didesain untuk menjalankan beberapa metode transmisi data seperti VoIP (Voice over Internet Protocol) yang memungkinkan orang menelepon lokal atau interlokal bahkan internasional melalui koneksi internet broadband juga sudah pasti tidak disukai oleh para operator telepon tetap maupun selular. Jadi, tidak hanya konsumen sebagai pengguna yang butuh beradaptasi dengan teknologi canggih ini, tapi juga para pemain di industri telekomunikasi.
Kapan Indonesia Bisa Mencicipi WiMAX?
Menurut studi Alcatel-Lucent, meski saat ini pasar pengguna layanan broadband di Tanah Air hanya sekitar 0,2 persen saja dari total populasi penduduk, angka tersebut diprediksi akan naik menjadi 5 kali lipatnya pada tahun 2010 nanti. Pasalnya, meskipun tingkat penetrasinya masih sangat rendah, hampir 80 persen pengguna internet berminat memanfaatkan WiMAX. Apalagi Alcatel-Lucent juga memperkirakan harga modem mobile teknologi ini akan segera turun dari 200USD menjadi di bawah 100USD.
Jadi, kapan Indonesia bisa mencicipi WiMAX? Mungkin tidak lama lagi, karena pada bulan April 2007 lalu, Dirjen Postel Basuki Yusuf Iskandar menyatakan bahwa Pemerintah berencana membangun jaringan yang berbasis 2,3GHz ini di wilayah pedesaan melalui program USO (Universal Service Obligation) atau layanan telekomunikasi pedesaan. Targetnya, bulan September tahun ini USO sudah mampu menjamah hingga 38 ribu desa dengan modal anggaran sekitar 1,2 triliun rupiah. Mudah-mudahan setelah sukses diaplikasikan di desa, WiMAX juga bakal mampir ke wilayah perkotaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar